Senin, 02 Juni 2014

MAKALAH

MANAJEMEN REPRODUKSI dan INSEMINASI BUATAN

“Inseminasi Buatan pada Ayam”

Dosen Pengampu: Nurul Isnaini


KELOMPOK 1

Zainur Roziqin          125050100111006
Syarif Hidayat           125050100111008
Yassir Fadli                125050100111010
Anifiati Ningrum       125050100111016
Nana Irhamna F.L.   125050100111018
Ayu Melia Sades        125050100111031
Agus Triawan            125050100111040
Aninda Agustina P    125050100111046
Ahmad Alfan             125050100111071


                                                        Kelas D

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014


  
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena limpahan karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Inseminasi Buatan pada Ayam” ini tepat waktu.
            Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu “Nurul Isnaini” selaku Dosen Pengampu  dalam mata kuliah ini.
Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi–materi yang ada. Materi–materi bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca tentunya dalam mempelajajari inseminasi buatan pada ayam.
Penulis menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.



Malang, 27 Mei 2014



                                                                                                Penulis









DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR IS.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN                
      1.1  Latar belakang.......................................................................................................... 1
      1.2  Rumusan masalah .................................................................................................... 2
      1.3  Tujuan....................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Arti dan Tujuan Inseminasi Buatan (IB)................................................................... 7
2.2 Keuntungan Inseminasi Buatan................................................................................ 7
2.3 Pemilihan Induk dan Pejantan  ................................................................................ 8
2.4 Persiapan Induk dan Pejantan.................................................................................. 9
2.5 Persiapan Alat dan Bahan......................................................................................... 10
2.6 Pengambilan Sperma (Semen)................................................................................... 11
2.7 Pelaksanaan Inseminasi Buatan................................................................................ 12
2.8 Evaluasi Keberhasilan Inseminasi Buatan................................................................ 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................................... 15
3.2 Saran......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 16

  
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Ayam buras sudah dikenal masyarakat Indonesia dan penyebarannyapun telah merata terutama di pedesaan. Karena perawatannya mudah, daya tahan hidupnya cukup tinggi, adaptasi dengan lingkungan dan makanan mudah serta lebih digemari masyarakat karena baik daging maupun telurnya memiliki cita rasa yang lebih disukai dibandingkan ayam ras.  Perkembangbiakan ayam ini pada umumnya masih dilakukan dengan cara alami, dan dibiarkan kawin  dengan sendirinya, sehingga perbanyakan bibit baik untuk keperluan penelitian maupun usaha komersial masih terbatas.
            Inovasi teknologi Inseminasi Buatan (IB) merupakan alternatif pemecahan masalah tentang pengadaan bibit dalam waktu singkat serta digunakan untuk memperbanyak ternak bibit unggul atau untuk keperluan penelitian. Inseminasi buatan pada ayam merupakan suatu proses pemasukan semen ke dalam saluran reproduksi ayam betina dengan bantuan manusia. Pelaksanaan IB pada ayam masih terasa asing bagi peternak kecil, padahal prospek dan keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan IB ini cukup baik. Keuntungan yang akan diperoleh dengan melaksanakan IB antara lain : (1) mempertinggi efisiensi penggunaan pejantan unggul, (2) menghemat biaya, menghemat tenaga pemeliharaan dan menghindari bahaya, (3) pejantan yang dipakai telah mengalami seleksi terlebih dahulu secara teliti, (4) mencegah penularan penyakit, dan (5) meningkatkan efisiensi reproduksi (Toelihere, 1993).
Manajemen penampungan semen sangat penting dilakukan oleh peternakan pembibitan yang menerapkan teknik IB. Seekor pejantan yang sudah dewasa kelamin setiap saat dapat mengeluarkan semen, tetapi untuk menghasilkan semen yang berkualitas baik diperlukan pengaturan frekuensi penampungan semen yang tepat.
            Berdasarkan potensi produksi dari ayam buras, maka dalam makalah ini akan dibahas beberapa hal mengenai inseminasi buatan pada ayam buras.






1.2  Rumusan Masalah
a)      Apakah arti,  tujuan dan keuntungan Inseminasi Buatan?
b)      Apa sajakah persiapan sekaligus pelaksanaan Inseminasi Buatan? 
c)      Bagaimanakah evaluasi keberhasilan Inseminasi Buatan?


1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah adalah untuk memberi pemahaman mengenai seluk beluk teknik IB pada ayam buras, dan dari apa yang dipaparkan mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi usaha pembibitan ternak  ayam buras dan menambah pengetahuan bagi pembaca.























Tinjauan Pustaka

Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan kedalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut ‘insemination gun’ (Toelihere, 1985).

Tujuan Inseminasi Buatan diantaranya:
·         Memperbaiki mutu genetika ternak;
·         Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya;
·         Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama;
·         Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
·         Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin (Hafez, 1993).

Keuntungan Inseminasi Buatan (IB) :
·         Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
·         Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;
·         Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding);
·         Dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu yang lama;
·         Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati;
·         Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar;
·         Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin (Beaden, 1997).

Memilih induk untuk bibit. Induk yang baik harus memiliki syarat sebagai berikut :
1.  Sehat dan tidak cacat.
2.  Berproduksi tinggi.
3.  Minimal sudah mengalami periode peneluran pertama, umur 7 – 8 bulan.
4.  Induk sedang bertelur.
5.  Pemeliharaan induk sebaiknya dalam kandang baterei individu. (Udjianto, A., 2004)
Memilih pejantan untuk bibit. Pejantan yang baik harus memiliki syarat sebagai berikut:
1.  Sehat, tidak cacat, lincah dan memiliki nafsu kawin yang tinggi.
2.  Umur 1-3 tahun, bertaji dengan panjang 0,50 – 1,50 cm.
3.  Memiliki mutu genetik yang tinggi.
4.  Mempunyai hubungan yang jauh dengan induk yang akan di inseminasi.
5.  Kandang pemeliharaan pejantan harus terpisah dengan induk. (Udjianto, A., 2004).
Sebelum dilaksanakan IB pada ayam harus mempersiapkan induk dan pejantan dengan baik supaya proses IB berjalan lancar, yakni:
1.  Pakan untuk pejantan harus yang baik mutunya dengan kadar protein minimal 17% dan
dengan tambahan pemberian 1 butir telur fertil yang sudah masuk mesin ± 5 hari. Telur
dikocok hingga rata kemudian diberikan kepada 3 ekor pejantan.
2.  Pemberian anti stress juga dapat diberikan kepada induk dan pejantan.
3.  Untuk merangsang banyaknya telur, dapat juga digunakan rajangan daun mengkudu/pace
yang dicampurkan pada pakan ( 10 gram/ekor).
4.  Untuk memudahkan dalam melaksanakan IB, bulu di sekitar kloaka harus digunting.
 (Udjianto, A., 2004).
Alat  yang  digunakan  dalam  penampungan, evaluasi  semen  dan        inseminasi  adalah  :  Gelas penampung  semen  yang  bersekala  0,1–15  ml, tissue  gulung,  objek  glass  datar  dan  cekung, haemocytometer,  spuit  1  ml,  2,5  ml  dan  5  ml, pipet,  pH  paper,  mikroskop,  spuit  1  ml  yang dirangkai  dengan  gun.  ( Mulyadi dkk, 2011).
Penampungan  semen  ayam  kampung dilakukan  pada  pagi  hari  pukul  08.00  WIB. Koleksi  semen  dilakukan  dua  kali  dalam seminggu.  Sebelum  pengambilan  semen terlebih  dahulu  kloaka dibersihkan  dengan alkohol  70%  agar  semen  bebas  dari  kotoran. Penampungan  semen  dilakukan  secara massage  menurut  metode  Burrows  dan  Quinn (1937)  yang  telah  dimodifikasi  dengan  dua orang operator (Lubis dkk, 2007)
Penampungan semen dilakukan secara artifisial dengan cara pengurutan yang merupakan modifikasi dari metode yang dikembangkan oleh BURROWSdan QUINN (1935). Penampungan semen untuk keperluan evaluasi kualitas semen secara  in vitro dilakukan selama delapan minggu dengan  frekuensi satu kali per minggu. Adapun penampungan pada minggu ke-sembilan dan ke-sepuluh dilaksanakan untuk keperluan pengujian periode fertil sperma secara in vivo melalui inseminasi buatan (Solihati dkk, 2006)
Cara menampung semen :
a) Pegang ekor dengan tangan kiri dan tekan otot ekor keara atas sehingga Kloka tampak jelas. Letakan ibu jari dan telunjuk tangan kiri yang sesuai untuk memerah semen pada saat yg tepat.
b) Pegang tabung penampung dengan tangan kanan diantara jari tengah dan telunjuk . Dengan tangan kanan pula , lakukan pengurutan pada daerah ujung ekor. Tepat dibawah tulang Pubis ( tulang supit istilah kita ) dengan ibu jari dan telunjuk pengurutan dilakukan dengan cepat dan kontiniu sampai Pejantan memberikan respon dengan mengeluarkan Papila dari kloaka . pada saat itu , ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri dan kanan berkerja sama memerah keluar semen sampai reflek ejakulasi menghilang . ( Soeparna dkk 2007).

Langkah yang perlu dikerjakan dalam pelaksanaan IB adalah pertama membersihkan kotoran yang menempel di kloaka dan sekitarnya.Kedua melakukan rangsngan dengan teknik urutan punggung seperti melakukan urutan punggung pada ayam jantan yang diambil semennya. Ketiga mempersiapkan semen pada spuit yang akan digunakan untuk IB.Keempat membuka kloaka untuk mencari lubang uterus dengan cara menekan perut bagian belakang sampai bagian ujung uterus kiri mrnonjol di kloaka,dan kelihatan lubang uterus. Kelima memasukkan ujung spuit yang telah berisi semen ke lubang uterus perlahan-lahan sampai kurang lebih sedlam 2 cm .Kemudian semprotkan semen di daerah uterus tersebut.Keenam tarik spuit dan lepaskan tekanan perutnya.(Sutiyono,2001).

Keberhasilan pelaksanaan inseminasi buatan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain intensitas pemerahan atau penampungan semen, daya fertilitas spermatozoa (fertile life), jenis pengencer yang digunakan, dosis dan interval IB, pengelolaan semen, waktu pelaksanaan inseminasi serta teknik pelaksanaan IB dan keterampilan inseminator (Ankanegara, 2008).



Perbandingan jumlah pejantan dan betina dalam suatu peternakan ayam yang menghasilkan final stock sangat berpengaruh pada fertilitas telur dan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi pakan. Perbandingan antara ayam jantan dan betina dengan perkawinan alami adalah berkisar antara 1 banding 10.(Asmarawati, 2008).

Warna bulu seragam sesuai dengan warna galur (strain) dan kondisi bulu kering dan berkembang(Ankanegara, 2008).




























BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Pengertian dan Tujuan Inseminasi Buatan (IB)
            Inseminasi Buatan pada ayam adalah teknik mengawinkan secara buatan dengan memasukkan sperma ayam jantan yang telah diencerkan dengan NaCl Fisiologis kedalam saluran reproduksi ayam betina yang sedang berproduksi.
Menurut Toelihere (1985), Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (spermaatau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan kedalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut ‘insemination gun’.
Penerapan teknik IB pada Intensifikasi ayam buras yang dipelihara dalam kandang batere dengan tujuan antara lain:
• Meningkatkan kemampuan reproduksi ayam betina untuk menghasilkan telur tetas.
• Meningkatkan produksi DOC yang seragam dalam waktu relative singkat.
Menurut Hafez (1993),Tujuan Inseminasi Buatan diantaranya:
·         Memperbaiki mutu genetika ternak;
·         Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya;
·         Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama;
·         Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
·         Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.

2.2    Keuntungan Inseminasi Buatan
            Keuntungan lnseminasi Buatan dibandingkan perkawinan secara alami dalam pengadaan DOC adalah:
§  Penggunaan pejantan relatif lebih sedikit (efisien).
§  Memungkinkan dilakukannya seleksi dan persilangan antar induk yang memiliki mutu genetic unggul, sehingga dapat dihasilkan DOC unggul untuk tujuan tertentu (telur, daging atau keduanya).
§  Memungkinkan dilakukannya persilangan bagi ayam jantan unggul yang sulit melakukan perkawinan secara alami.
§  Dapat menghasilkan DOC dalam jumlah banyak, seragam dan dengan waktu relative singkat.
§  Memungkinkan dilakukannya persilangan dengan ayam jenis lain.
Menurut Beaden (1997),Keuntungan Inseminasi Buatan (IB) :
·         Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
·         Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;
·         Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding);
·         Dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu yang lama;
·         Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati;
·         Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar;
·         Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.

2.3     Pemilihan Induk dan Pejantan 
Keberhasilan proses Inseminasi Buatan tidak terlepas dari ketepatan inseminator dalam memilih induk dan pejantan. Apabila inseminator salah dalam memilih induk dan pejantan yang unggul nantinya program Inseminasi Buatan tidak berjalan  dengan baik bahkan dapat mengalami kegagalan. Induk yang baik untuk Inseminasi Buatan, harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
§  Sehat dan tidak cacat
§  Berproduksi tinggi
§  Berumur 7 hingga 12 bulan
§  Minimal sudah mengalami periode peneluran pertama
§  Induk tersebut harus sedang berproduksi
§  Pemeliharaan induk sebaiknya dalam kandang batere individu. 
Hal ini sejalan dengan pendapat Udjianto, A. (2004) yang menyatakan bahwa untuk memperoleh hasil IB yang maksimal pada ayam harus diperhatikan dalam memilih induk yang baik yakni:
1.  Sehat dan tidak cacat.
2.  Berproduksi tinggi.
3.  Minimal sudah mengalami periode peneluran pertama, umur 7 – 8 bulan.
4.  Induk sedang bertelur.
5.  Pemeliharaan induk sebaiknya dalam kandang baterei individu.
            Dalam menjalankan Inseminasi Buatan pada unggas terutama ayam, tidak hanya induk betina yang baik. Tetapi dalam menyediakan pejantan harus benar-benar berasal dari pejantan yang unggul.  Pejantan yang baik untuk Inseminasi Buatan memiliki syarat antara lain :
1. Sehat, tidak cacat dan memiliki nafsu kawin yang, balk.
2. Berumur 1,5 sampai 3 tahun
3. Memiliki mutu genetik yang balk
4. Sudah terlatih diambil spermanya
5. Mempunyai hubungan keluarga yang jauh dengan induk yang akan di inseminasi.
6. Pemeliharaan pejantan tidak dicampur dengan induk.
Menurut Udjianto, A. (2004) untuk memilih pejantan sebagai bibit harus memiliki syarat sebagai berikut:
1.  Sehat, tidak cacat, lincah dan memiliki nafsu kawin yang tinggi.
2.  Umur 1-3 tahun, bertaji dengan panjang 0,50 – 1,50 cm.
3.  Memiliki mutu genetik yang tinggi.
4.  Mempunyai hubungan yang jauh dengan induk yang akan di inseminasi.
5.  Kandang pemeliharaan pejantan harus terpisah dengan induk.

2.4    Persiapan Induk dan Pejantan
Ayam yang sudah terpilih sesuai dengan persyaratan-persyaratan tersebut di atas, diatur dalam kandang sistem baterai tunggal yang nyaman. Untuk menghilangkan stress pada ayam karena perubahan suasana kandang maka dapat diberikan vitamin anti stress. Hal ini sejalan dengan pendapat Udjianto (2004) yang menyatakan bahwa sebelum dilaksanakan IB pada ayam harus mempersiapkan induk dan pejantan dengan baik supaya proses IB berjalan lancar, yakni:
1.  Pakan untuk pejantan harus yang baik mutunya dengan kadar protein minimal 17% dan
dengan tambahan pemberian 1 butir telur fertil yang sudah masuk mesin ± 5 hari. Telur
dikocok hingga rata kemudian diberikan kepada 3 ekor pejantan.
2.  Pemberian anti stress juga dapat diberikan kepada induk dan pejantan.
3.  Untuk merangsang banyaknya telur, dapat juga digunakan rajangan daun mengkudu/pace
yang dicampurkan pada pakan ( 10 gram/ekor).
4.  Untuk memudahkan dalam melaksanakan IB, bulu di sekitar kloaka harus digunting.

    


2.5     Penampungan Semen
Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah : alat suntik (spuit), tabung penampung sperma, tabung pengencer, NaCl Fisiologis 0,9% (pengencer sperma) dan kain lap. Alat dan bahan ini dapat diperoleh di apotek dan setiap kali digunakan dalam keadaan steril (dicuci dengan air mendidih).
Hal ini senada dengan Mulyadi dkk (2007 )Alat  yang  digunakan  dalam  penampungan, evaluasi  semen  dan        inseminasi  adalah  :  Gelas penampung  semen  yang  bersekala  0,1–15  ml, tissue  gulung,  objek  glass  datar  dan  cekung, haemocytometer,  spuit  1  ml,  2,5  ml  dan  5  ml, pipet,  pH  paper,  mikroskop,  spuit  1  ml  yang dirangkai  dengan  gun.



2.6     Pengambilan Sperma (semen)
Pengambilan sperma dilakukan oleh 2 orang (satu orang memegang dan mengurut ayam sementara yang lain menampung sperma dengan tabung penampung sperma). Pengambilan sperma dapat dilakukan 3-5 kali seminggu pada sore hari diatas pukul 15.00. Sperma yang sudah diperoleh diencerkan dengan menggunakan NaCl Fisiologis sehingga dapat membuahi banyak betina. Sperma yang sudah diencerkan jangan disimpan terlalu lama dan harus dihindarkan dari sinar matahari secara langsung. 
Pada waktu pengambilan semen ada ada perbedaan dengan pernyataan Lubis dkk(2007) Penampungan  semen  ayam  kampung dilakukan  pada  pagi  hari  pukul  08.00  WIB. Koleksi  semen  dilakukan  dua  kali  dalam seminggu.  Sebelum  pengambilan  semen terlebih  dahulu  kloaka dibersihkan  dengan alkohol  70%  agar  semen  bebas  dari  kotoran. Penampungan  semen  dilakukan  secara massage  menurut  metode  Burrows  dan  Quinn (1937)  yang  telah  dimodifikasi  dengan  dua orang operator.
Penampungan semen pada hewan ternak ada berbagai cara antara lain dengan metode elektroejakulator, vagina buatan dan pengurutan, pengambilan semen pada ayam sendiri menggunakan metode masssage ( pengurutan)
Hal ini senada dengan Solihati dkk (2006), Penampungan semen dilakukan secara artifisial dengan cara pengurutan yang merupakan modifikasi dari metode yang dikembangkan oleh BURROWSdan QUINN (1935). Penampungan semen untuk keperluan evaluasi kualitas semen secara  in vitro dilakukan selama delapan minggu dengan  frekuensi satu kali per minggu. Adapun penampungan pada minggu ke-sembilan dan ke-sepuluh dilaksanakan untuk keperluan pengujian periode fertil sperma secara in vivo melalui inseminasi buatan.

Pengambilan sperma dilaksanakan dalam berbagai tahapan sebagai berikut: 
1.      Bersihkan kotoran yang menempel pada anus dan sekitarnya. 
2.      Ayam jantan diapit diantara lengan dan badan, kemudian dilakukan rangsangan dengan cara mengurut berulangkali pada bagian punggung yaitu dari bagian pangkal leher sampai pangkal ekor. 
3.      Dengan rangsangan tersebut ayam akan reaksi, ditandai dengan meregangnya bulu ekor ke atas dan pada saat yang bersamaan tekan bagian bawah ekor maka alat kelamin akan mengeluarkan sperma berwarna putih agak kental, selanjutnya ditampung dengan tabung penampung. 
4.      Encerkan sperma dengan larutan infuse atau NaCl Fisiologis 0,9% dengan perbandingan 1 : 6-10. Caranya sedot NaCl Fisiologis dengan spuit sesuai derajat pengencerannya, masukkan kedalam tabung yang sudah berisi sperma, goyangkan secara perlahan hingga bercampur dan siap untuk dimasukkan kedalam saluran reproduksi betina. Umur sperma yang telah diencerkan kurang lebih 30 menit.
Hal ini senada dengan soeparna dkk (2007).
Cara menampung semen .
a) Pegang ekor dengan tangan kiri dan tekan otot ekor keara atas sehingga Kloka tampak jelas. Letakan ibu jari dan telunjuk tangan kiri yang sesuai untuk memerah semen pada saat yg tepat.
b) Pegang tabung penampung dengan tangan kanan diantara jari tengah dan telunjuk . Dengan tangan kanan pula , lakukan pengurutan pada daerah ujung ekor. Tepat dibawah tulang Pubis ( tulang supit istilah kita ) dengan ibu jari dan telunjuk pengurutan dilakukan dengan cepat dan kontiniu sampai Pejantan memberikan respon dengan mengeluarkan Papila dari kloaka . pada saat itu , ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri dan kanan berkerja sama memerah keluar semen sampai reflek ejakulasi menghilang .


2.7     Pelaksanaan Inseminasi Buatan
Inseminasi Buatan pada ayam buras dapat dilakukan dengan dua metode yaitu: 
1.      Metode intra vaginal artinya sperma disuntikkan ke dalam vagina dengan  kedalaman ± 3 cm. 2. Metode intra uterin artinya sperma dimasukkan ke bagian uterus dengan kedalaman ± 7-8 cm.

Tahapan kegiatan pelaksanaan Inseminasi Buatan adalah:
1.      Bersihkan kotoran yang menempel di anus dan sekitarnya dengan menggunakan tissue pembersih. 
2.      Pelaksanaan Inseminasi Buatan dilakukan 2 orang, melaksanakan 1 orang memegang ayam dan 1 orang Inseminasi Buatan. 
3.      Tekan bagian tubuh dibawah anus hingga terlihat saluran reproduksi (sebelah kid) dan saluran kotoran (sebelah kanan). 
4.      Sperma yang sudah diencerkan disedot dengan spuit tanpa jarum sebanyak 0,1-0,2 ml kemudian dimasukkan kedalam alat kelamin betina. 
5.      Berikan vitamin anti stress pada ayam yang di inseminasi.
6.      Untuk mendapatkan hasil yang baik, sebaiknya Inseminasi Buatan diulang 3 hari     setelah Inseminasi Buatan yang sebelumnya.

Namun hal ini terjadi perbedaan teknik pelaksanaan IB ayam,yaitu pada pemberian vitamin anti stress pada ayam yang di inseminasi. Menurut Sutiyono(2001) yang menyatakan bahwa Langkah yang perlu dikerjakan dalam pelaksanaan IB adalah pertama membersihkan kotoran yang menempel di kloaka dan sekitarnya.Kedua melakukan rangsngan dengan teknik urutan punggung seperti melakukan urutan punggung pada ayam jantan yang diambil semennya.Ketiga mempersiapkan semen pada spuit yang akan digunakan untuk IB.Keempat membuka kloaka untuk mencari lubang uterus dengan cara menekan perut bagian belakang sampai bagian ujung uterus kiri mrnonjol di kloaka,dan kelihatan lubang uterus. Kelima memasukkan ujung spuit yang telah berisi semen ke lubang uterus perlahan-lahan sampai kurang lebih sedalam 2 cm .Kemudian semprotkan semen di daerah uterus tersebut.Keenam tarik spuit dan lepaskan tekanan perutnya.

2.8     Evaluasi Keberhasilan Inseminasi Buatan
Keberhasilan pelaksanaan inseminasi buatan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain daya fertilitas spermatozoa (fertile life), jenis pengencer yang digunakan, dosis dan interval IB, pengelolaan semen, waktu pelaksanaan inseminasi serta teknik pelaksanaan IB dan keterampilan inseminator. Dosis dan interval inseminasi pada unggas perlu diperhatikan karena memiliki pengaruh terhadap daya fertilitas yng baik.

 Daya fertilitas spermatozoa adalah kemampuan spermatozoa dalam saluran oviduk untuk membuahi sel telur dalam waktu tertentu. Daya fertilitas spermatozoa pada umumnya berkorelasi dengan kualitas semen, konsentrasi, dan motilitas. Daya fertilitas dapat digunakan sebagai acuan penentu dosis dan interval waktu inseminasi. Daya fertilitas spermatozoa pada umumnya berkolerasi dengan kualitas semen, konsentrasi dan motilitas sperma. Konsentrasi sperma tergantung pada umur, pakan, bangsa ternak, bobot badan serta frekuensi penampungan semen. Faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas adalah rasio jantan dan betina, umur ternak, interval antara waktu perkawinan dan penyimpanan telur tetas, pakan, abnormalitas spermatozoa, produksi telur, bangsa, musim, dan cahaya. Menggunakan 18 ekor ayam betina, menghasilkan daya fertil telur ayam Arab sebesar 95,91% dengan waktu pengoleksian telur selama 7 hari setelah inseminasi buatan dilakukan.

Daya tetas merupakan salah satu indikator usaha penetasan. Cara pertama, perhitungan daya tetas dilakukan dengan persentase perbandingan jumlah telur yang menetas dari jumlah telur yang masuk ke dalam mesin tetas. Cara kedua, perhitungan daya tetas dilakukan dengan persentase perbandingan jumlah telur yang menetas dari jumlah telur fertil dalam mesin tetas. Daya tetas telur ayam Arab hasil inseminasi buatan adalah 93,05%. Sedangkan daya tetas telur ayam Arab hasil kawin alam adalah 74,14%. Daya tetas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain genetik, fertilitas, lama dan suhu penyimpanan telur, suhu dan kelembaban mesin tetas, kebersihan telur, umur induk, nutrisi, penyakit serta keragaman bentuk dan ukuran telur. Viabilitas merupakan kemampuan anak ayam untuk bertahan hidup setelah menetas. Viabilitas dapat dilihat dengan cara pengamatan pada anak ayam yang baru menetas. Ciri-ciri DOC yang normal dan sehat adalah kondisi fisik sehat, kaki normal dan dapat berdiri tegak, paruh normal, tampak segar dan aktif, tidak dehidrasi, tidak ada kelainan bentuk dan tidak cacat fisik, sekitar pusar dan dubur kering dan pusar tertutup. Warna bulu seragam sesuai dengan warna galur (strain) dan kondisi bulu kering dan berkembang.











BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (spermaatau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan kedalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut ‘insemination gun’.
Tujuan Inseminasi Buatan memperbaiki mutu genetika ternak, tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya,dll. Dan juga dapat mengetahui keuntungan, pemilihan dan persiapan induk pejantan, penampungan dan pengambilan semen,pelaksanaan dan evaluasi dalam inseminasi buatan.

3.2       Saran
                                    Makalah yang kami buat mempunyai banyak kekurangan di dalam pemberian informasi mengenai inseminasi buatan pada ayam. Sehingga membutuhkan masukan informasi dan tambahan literatur yang dapat mengembangkan isi dari makalah yang kami buat
















Daftar Pustaka

Ankanegara, A. A., R. Afnan, C. Sumantri. 2008. Fertility Of Arab Chicken Egg Which Resulted From Artificial Insemination With Diffrent Frequency Of Semen Collection. Institut Pertanian Bogor. 1-30
Asmarawati, Widya; Kustono, D T Widayati, S Bintara, Ismaya. 2013. Pengaruh Dosis Sperma Yang Diencerkan Dengan Nacl Fisiologis Terhadap Fertilitas Telur Pada Inseminasi Buatan Ayam Kampung. Buletin peternakan vol. 37(1): 1-5,
Beaden, H.J. and J.W. Fuqual. 1997. Applied Animal Reproduction. Reston Publishing      Co.Inc. Prentice Hall Co. Reston Virginia.
Hafez, E.S.E. 1993. Artificial insemination. In: HAFEZ, E.S.E. 1993. Reproduction in Farm Animals. 6th Ed. Lea & Febiger, Philadelphia. pp. 424-439.
Lubis , Triya., Dasrul., Hamdan., Fauziah. 2007. Efek Suplementasi ENERVON-C dan SANTA-e Dalam Pakan Terhadap Mptillitas Spermatozoa Ayam Kampung.
Mulyadi, Dadang dan Yuniawan , Agus.2011. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap     Motilitas Dan Fertilitas Spermatozoa Ayam Kate Lokal. Cakrawala Galuh. Vol.1 No.6
Soeparna., Hidajat, Kundirat., Lestari, Tita. 2007. Penampilan reproduksi tiga jenis ayam lokal jawa barat. Lokakarya Nasional Inovasi teknologi
Solihati, Nurcholidah., Ruhijat, Idi., Setiawan , Rangga. 2006. Pengaruh lama penyimpanan semen cair ayam buras pada suhu 5 derajat celcius terhadap periode fertil dan fertilitas sperma. Jurnal Ilmu Ternak. Vol.6 . No.1 : 7-11
Sutiyono.2011.Palatihan Usaha Penangkaran Dan Inseminasi Buatan Ayam Bekisar Dalam Rangka Pengelolaan Sumber Daya Hutan. Jurnal Teknologi Inseminasi Buatan Pada Ayam Bekisar.Vol 1 Halaman 23-24
Toelihere, M.R. 1985. Inseminasi Buatan pada Ternak. Edisi ke-2. Angkasa, Bandung. hal 292
Udjianto Dan R.Denny Purnama. 2004. Inseminasi Buatan Pada Ayam Buras Dengan Metode Deposisi Intra Uterine. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.