MAKALAH
MANAJEMEN REPRODUKSI dan
INSEMINASI BUATAN
“Inseminasi Buatan pada Ayam”
Dosen Pengampu: Nurul Isnaini
KELOMPOK 1
Zainur Roziqin 125050100111006
Syarif Hidayat 125050100111008
Yassir Fadli 125050100111010
Anifiati Ningrum 125050100111016
Nana Irhamna F.L. 125050100111018
Ayu Melia Sades 125050100111031
Agus Triawan 125050100111040
Aninda Agustina P 125050100111046
Ahmad Alfan 125050100111071
Kelas D
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena limpahan
karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Inseminasi Buatan pada Ayam” ini tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini,
penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Ibu “Nurul Isnaini” selaku Dosen Pengampu dalam mata kuliah ini.
Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi–materi yang ada.
Materi–materi bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca
tentunya dalam mempelajajari inseminasi buatan pada ayam.
Penulis menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Malang,
27 Mei 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR
IS.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang.......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .................................................................................................... 2
1.3 Tujuan....................................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Arti dan Tujuan Inseminasi Buatan (IB)................................................................... 7
2.2
Keuntungan Inseminasi Buatan................................................................................ 7
2.3
Pemilihan Induk dan Pejantan ................................................................................ 8
2.4
Persiapan Induk dan Pejantan.................................................................................. 9
2.5
Persiapan Alat dan Bahan......................................................................................... 10
2.6
Pengambilan Sperma (Semen)................................................................................... 11
2.7
Pelaksanaan Inseminasi Buatan................................................................................ 12
2.8
Evaluasi Keberhasilan Inseminasi Buatan................................................................ 13
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan............................................................................................................... 15
3.2
Saran......................................................................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ayam buras sudah dikenal masyarakat Indonesia dan
penyebarannyapun telah merata terutama di pedesaan. Karena perawatannya mudah,
daya tahan hidupnya cukup tinggi, adaptasi dengan lingkungan dan makanan mudah
serta lebih digemari masyarakat karena baik daging maupun telurnya memiliki
cita rasa yang lebih disukai dibandingkan ayam ras. Perkembangbiakan ayam ini pada umumnya masih
dilakukan dengan cara alami, dan dibiarkan kawin dengan sendirinya, sehingga perbanyakan bibit
baik untuk keperluan penelitian maupun usaha komersial masih terbatas.
Inovasi
teknologi Inseminasi Buatan (IB) merupakan alternatif pemecahan masalah tentang
pengadaan bibit dalam waktu singkat serta digunakan untuk memperbanyak ternak
bibit unggul atau untuk keperluan penelitian. Inseminasi buatan pada ayam
merupakan suatu proses pemasukan semen ke dalam saluran reproduksi ayam betina
dengan bantuan manusia. Pelaksanaan IB pada ayam masih terasa asing bagi
peternak kecil, padahal prospek dan keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan
IB ini cukup baik. Keuntungan yang akan diperoleh dengan melaksanakan IB antara
lain : (1) mempertinggi efisiensi penggunaan pejantan unggul, (2) menghemat
biaya, menghemat tenaga pemeliharaan dan menghindari bahaya, (3) pejantan yang
dipakai telah mengalami seleksi terlebih dahulu secara teliti, (4) mencegah
penularan penyakit, dan (5) meningkatkan efisiensi reproduksi (Toelihere,
1993).
Manajemen penampungan semen sangat penting
dilakukan oleh peternakan pembibitan yang menerapkan teknik IB. Seekor pejantan
yang sudah dewasa kelamin setiap saat dapat mengeluarkan semen, tetapi untuk
menghasilkan semen yang berkualitas baik diperlukan pengaturan frekuensi
penampungan semen yang tepat.
Berdasarkan potensi
produksi dari ayam buras, maka dalam makalah ini akan dibahas beberapa hal
mengenai inseminasi buatan pada ayam buras.
1.2 Rumusan Masalah
a) Apakah arti, tujuan dan keuntungan Inseminasi Buatan?
b) Apa sajakah persiapan sekaligus
pelaksanaan Inseminasi Buatan?
c) Bagaimanakah evaluasi
keberhasilan Inseminasi Buatan?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah adalah untuk memberi
pemahaman mengenai seluk beluk teknik IB pada ayam buras, dan dari apa yang
dipaparkan mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi usaha pembibitan
ternak ayam buras dan menambah
pengetahuan bagi pembaca.
Tinjauan Pustaka
Inseminasi Buatan
(IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan kedalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus
yang disebut ‘insemination gun’ (Toelihere, 1985).
Tujuan Inseminasi Buatan diantaranya:
·
Memperbaiki mutu genetika ternak;
·
Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat
yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya;
·
Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang
lebih lama;
·
Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
·
Mencegah penularan
/ penyebaran penyakit kelamin (Hafez, 1993).
Keuntungan Inseminasi Buatan
(IB) :
·
Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
·
Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;
·
Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina
(inbreeding);
·
Dengan peralatan dan teknologi
yang baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu yang lama;
·
Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati;
·
Menghindari kecelakaan
yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar;
·
Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit
yang ditularkan dengan hubungan kelamin (Beaden, 1997).
Memilih induk
untuk bibit. Induk yang baik harus memiliki syarat sebagai berikut :
1. Sehat dan tidak cacat.
2. Berproduksi tinggi.
3. Minimal sudah mengalami
periode peneluran pertama, umur 7 – 8 bulan.
4. Induk sedang bertelur.
5. Pemeliharaan induk
sebaiknya dalam kandang baterei individu. (Udjianto, A., 2004)
Memilih pejantan
untuk bibit. Pejantan yang baik harus memiliki syarat sebagai berikut:
1. Sehat, tidak cacat,
lincah dan memiliki nafsu kawin yang tinggi.
2. Umur 1-3 tahun, bertaji
dengan panjang 0,50 – 1,50 cm.
3. Memiliki mutu genetik
yang tinggi.
4. Mempunyai hubungan yang
jauh dengan induk yang akan di inseminasi.
5. Kandang pemeliharaan
pejantan harus terpisah dengan induk. (Udjianto, A., 2004).
Sebelum
dilaksanakan IB pada ayam harus mempersiapkan induk dan pejantan dengan baik
supaya proses IB berjalan lancar, yakni:
1. Pakan untuk pejantan
harus yang baik mutunya dengan kadar protein minimal 17% dan
dengan tambahan pemberian 1 butir telur fertil yang sudah masuk
mesin ± 5 hari. Telur
dikocok hingga rata kemudian diberikan kepada 3 ekor pejantan.
2. Pemberian anti stress
juga dapat diberikan kepada induk dan pejantan.
3. Untuk merangsang
banyaknya telur, dapat juga digunakan rajangan daun mengkudu/pace
yang dicampurkan pada pakan ( 10 gram/ekor).
4. Untuk memudahkan dalam
melaksanakan IB, bulu di sekitar kloaka harus digunting.
(Udjianto, A., 2004).
Alat yang
digunakan dalam penampungan, evaluasi semen
dan inseminasi adalah
: Gelas penampung semen
yang bersekala 0,1–15
ml, tissue gulung, objek
glass datar dan
cekung, haemocytometer,
spuit 1 ml,
2,5 ml dan
5 ml, pipet, pH
paper, mikroskop, spuit
1 ml yang dirangkai dengan
gun. ( Mulyadi dkk, 2011).
Penampungan semen ayam
kampung dilakukan pada pagi
hari pukul 08.00
WIB. Koleksi semen dilakukan
dua kali dalam seminggu. Sebelum
pengambilan semen terlebih dahulu
kloaka dibersihkan dengan
alkohol 70% agar
semen bebas dari
kotoran. Penampungan semen dilakukan
secara massage menurut metode
Burrows dan Quinn (1937)
yang telah dimodifikasi
dengan dua orang operator (Lubis
dkk, 2007)
Penampungan semen dilakukan secara artifisial dengan cara
pengurutan yang merupakan modifikasi dari metode yang dikembangkan oleh BURROWSdan
QUINN (1935). Penampungan semen untuk keperluan evaluasi kualitas semen
secara in vitro dilakukan selama delapan
minggu dengan frekuensi satu kali per
minggu. Adapun penampungan pada minggu ke-sembilan dan ke-sepuluh dilaksanakan
untuk keperluan pengujian periode fertil sperma secara in vivo melalui
inseminasi buatan (Solihati dkk, 2006)
Cara menampung semen :
a) Pegang ekor dengan tangan kiri dan
tekan otot ekor keara atas sehingga Kloka tampak jelas. Letakan ibu jari dan
telunjuk tangan kiri yang sesuai untuk memerah semen pada saat yg tepat.
b) Pegang tabung penampung dengan tangan
kanan diantara jari tengah dan telunjuk . Dengan tangan kanan pula , lakukan
pengurutan pada daerah ujung ekor. Tepat dibawah tulang Pubis ( tulang supit
istilah kita ) dengan ibu jari dan telunjuk pengurutan dilakukan dengan cepat
dan kontiniu sampai Pejantan memberikan respon dengan mengeluarkan Papila dari
kloaka . pada saat itu , ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri dan kanan
berkerja sama memerah keluar semen sampai reflek ejakulasi menghilang . (
Soeparna dkk 2007).
Langkah yang perlu dikerjakan dalam
pelaksanaan IB adalah pertama membersihkan kotoran yang menempel di kloaka dan
sekitarnya.Kedua melakukan rangsngan dengan teknik urutan punggung seperti
melakukan urutan punggung pada ayam jantan yang diambil semennya. Ketiga
mempersiapkan semen pada spuit yang akan digunakan untuk IB.Keempat membuka
kloaka untuk mencari lubang uterus dengan cara menekan perut bagian belakang
sampai bagian ujung uterus kiri mrnonjol di kloaka,dan kelihatan lubang uterus.
Kelima memasukkan ujung spuit yang telah berisi semen ke lubang uterus perlahan-lahan
sampai kurang lebih sedlam 2 cm .Kemudian semprotkan semen di daerah uterus
tersebut.Keenam tarik spuit dan lepaskan tekanan perutnya.(Sutiyono,2001).
Keberhasilan pelaksanaan inseminasi buatan
ditentukan oleh beberapa faktor antara lain intensitas pemerahan atau
penampungan semen, daya fertilitas spermatozoa (fertile life), jenis pengencer
yang digunakan, dosis dan interval IB, pengelolaan semen, waktu pelaksanaan
inseminasi serta teknik pelaksanaan IB dan keterampilan inseminator (Ankanegara, 2008).
Perbandingan
jumlah pejantan dan betina dalam suatu peternakan ayam yang menghasilkan final
stock sangat berpengaruh pada fertilitas telur dan jumlah biaya yang dikeluarkan
untuk konsumsi pakan. Perbandingan antara ayam jantan dan betina dengan
perkawinan alami adalah berkisar antara 1 banding 10.(Asmarawati, 2008).
Warna
bulu seragam sesuai dengan warna galur (strain) dan kondisi bulu kering dan
berkembang(Ankanegara, 2008).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Tujuan Inseminasi Buatan
(IB)
Inseminasi Buatan pada ayam adalah teknik mengawinkan secara buatan dengan memasukkan sperma ayam jantan yang telah diencerkan dengan NaCl Fisiologis kedalam saluran reproduksi ayam betina yang sedang berproduksi.
Menurut Toelihere (1985), Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (spermaatau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu
yang berasal dari ternak jantan kedalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut ‘insemination gun’.
Penerapan teknik IB pada Intensifikasi ayam buras yang
dipelihara dalam kandang batere dengan tujuan antara lain:
•
Meningkatkan kemampuan reproduksi ayam betina untuk menghasilkan telur tetas.
•
Meningkatkan produksi DOC yang seragam dalam waktu relative singkat.
Menurut Hafez (1993),Tujuan Inseminasi Buatan diantaranya:
·
Memperbaiki mutu genetika ternak;
·
Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat
yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya;
·
Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang
lebih lama;
·
Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
·
Mencegah penularan
/ penyebaran penyakit kelamin.
2.2 Keuntungan Inseminasi Buatan
Keuntungan lnseminasi Buatan dibandingkan perkawinan secara alami dalam pengadaan DOC adalah:
§ Penggunaan pejantan relatif lebih sedikit (efisien).
§ Memungkinkan dilakukannya seleksi dan persilangan antar induk yang memiliki mutu genetic unggul, sehingga dapat dihasilkan DOC unggul untuk tujuan tertentu
(telur, daging atau keduanya).
§ Memungkinkan dilakukannya persilangan bagi ayam jantan unggul yang sulit melakukan perkawinan secara alami.
§ Dapat menghasilkan DOC dalam jumlah banyak,
seragam dan dengan waktu relative singkat.
§ Memungkinkan dilakukannya persilangan dengan ayam jenis lain.
Menurut Beaden (1997),Keuntungan Inseminasi Buatan (IB) :
·
Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
·
Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;
·
Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina
(inbreeding);
·
Dengan peralatan dan teknologi
yang baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu yang lama;
·
Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati;
·
Menghindari kecelakaan
yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar;
·
Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit
yang ditularkan dengan hubungan kelamin.
2.3 Pemilihan Induk
dan Pejantan
Keberhasilan
proses Inseminasi Buatan tidak terlepas dari ketepatan inseminator dalam
memilih induk dan pejantan. Apabila inseminator salah dalam memilih induk dan
pejantan yang unggul nantinya program Inseminasi Buatan tidak berjalan dengan baik bahkan dapat mengalami kegagalan.
Induk yang baik untuk Inseminasi Buatan, harus memiliki syarat-syarat sebagai
berikut:
§ Sehat dan tidak cacat
§ Berproduksi tinggi
§ Berumur 7 hingga 12 bulan
§ Minimal sudah mengalami periode peneluran pertama
§ Induk tersebut harus sedang berproduksi
§ Pemeliharaan induk sebaiknya dalam kandang batere individu.
Hal ini sejalan dengan pendapat Udjianto, A. (2004) yang menyatakan
bahwa untuk memperoleh hasil IB yang maksimal pada ayam harus diperhatikan
dalam memilih induk yang baik yakni:
1. Sehat dan tidak cacat.
2. Berproduksi tinggi.
3. Minimal sudah mengalami
periode peneluran pertama, umur 7 – 8 bulan.
4. Induk sedang bertelur.
5. Pemeliharaan induk
sebaiknya dalam kandang baterei individu.
Dalam menjalankan
Inseminasi Buatan pada unggas terutama ayam, tidak hanya induk betina yang
baik. Tetapi dalam menyediakan pejantan harus benar-benar berasal dari pejantan
yang unggul. Pejantan yang baik untuk
Inseminasi Buatan memiliki syarat antara lain :
1. Sehat, tidak cacat dan memiliki nafsu kawin yang, balk.
2. Berumur 1,5 sampai 3 tahun
3. Memiliki mutu genetik yang balk
4. Sudah terlatih diambil spermanya
5. Mempunyai hubungan keluarga yang jauh dengan induk yang akan di
inseminasi.
6. Pemeliharaan pejantan tidak dicampur dengan induk.
Menurut Udjianto, A. (2004) untuk memilih pejantan sebagai bibit
harus memiliki syarat sebagai berikut:
1. Sehat, tidak cacat,
lincah dan memiliki nafsu kawin yang tinggi.
2. Umur 1-3 tahun, bertaji
dengan panjang 0,50 – 1,50 cm.
3. Memiliki mutu genetik
yang tinggi.
4. Mempunyai hubungan yang
jauh dengan induk yang akan di inseminasi.
5. Kandang pemeliharaan
pejantan harus terpisah dengan induk.
2.4 Persiapan Induk
dan Pejantan
Ayam yang sudah
terpilih sesuai dengan persyaratan-persyaratan tersebut di atas, diatur dalam
kandang sistem baterai tunggal yang nyaman. Untuk menghilangkan stress pada
ayam karena perubahan suasana kandang maka dapat diberikan vitamin anti stress.
Hal ini sejalan dengan pendapat Udjianto (2004) yang menyatakan bahwa sebelum
dilaksanakan IB pada ayam harus mempersiapkan induk dan pejantan dengan baik
supaya proses IB berjalan lancar, yakni:
1. Pakan untuk pejantan
harus yang baik mutunya dengan kadar protein minimal 17% dan
dengan tambahan pemberian 1 butir telur fertil yang sudah masuk
mesin ± 5 hari. Telur
dikocok hingga rata kemudian diberikan kepada 3 ekor pejantan.
2. Pemberian anti stress
juga dapat diberikan kepada induk dan pejantan.
3. Untuk merangsang
banyaknya telur, dapat juga digunakan rajangan daun mengkudu/pace
yang dicampurkan pada pakan ( 10 gram/ekor).
4. Untuk memudahkan dalam
melaksanakan IB, bulu di sekitar kloaka harus digunting.
2.5 Penampungan
Semen
Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah
: alat suntik (spuit), tabung penampung sperma, tabung pengencer, NaCl
Fisiologis 0,9% (pengencer sperma) dan kain lap. Alat dan bahan ini dapat
diperoleh di apotek dan setiap kali digunakan dalam keadaan steril (dicuci
dengan air mendidih).
Hal ini senada dengan Mulyadi dkk
(2007 )Alat yang digunakan
dalam penampungan, evaluasi semen
dan inseminasi adalah
: Gelas penampung semen
yang bersekala 0,1–15
ml, tissue gulung, objek
glass datar dan cekung,
haemocytometer, spuit 1
ml, 2,5 ml
dan 5 ml, pipet,
pH paper, mikroskop,
spuit 1 ml
yang dirangkai dengan gun.
2.6 Pengambilan
Sperma (semen)
Pengambilan sperma dilakukan oleh 2 orang (satu orang
memegang dan mengurut ayam sementara yang lain menampung sperma dengan tabung
penampung sperma). Pengambilan sperma dapat dilakukan 3-5 kali seminggu pada
sore hari diatas pukul 15.00. Sperma yang sudah diperoleh diencerkan dengan
menggunakan NaCl Fisiologis sehingga dapat membuahi banyak betina. Sperma yang
sudah diencerkan jangan disimpan terlalu lama dan harus dihindarkan dari sinar
matahari secara langsung.
Pada waktu
pengambilan semen ada ada perbedaan dengan pernyataan Lubis dkk(2007)
Penampungan semen ayam
kampung dilakukan pada pagi
hari pukul 08.00
WIB. Koleksi semen dilakukan
dua kali dalam seminggu. Sebelum
pengambilan semen terlebih dahulu
kloaka dibersihkan dengan alkohol 70%
agar semen bebas
dari kotoran. Penampungan semen
dilakukan secara massage menurut
metode Burrows dan
Quinn (1937) yang telah
dimodifikasi dengan dua orang operator.
Penampungan
semen pada hewan ternak ada berbagai cara antara lain dengan metode
elektroejakulator, vagina buatan dan pengurutan, pengambilan semen pada ayam
sendiri menggunakan metode masssage ( pengurutan)
Hal ini senada
dengan Solihati dkk (2006), Penampungan semen dilakukan secara artifisial
dengan cara pengurutan yang merupakan modifikasi dari metode yang dikembangkan
oleh BURROWSdan QUINN (1935). Penampungan semen untuk keperluan evaluasi
kualitas semen secara in vitro dilakukan
selama delapan minggu dengan frekuensi
satu kali per minggu. Adapun penampungan pada minggu ke-sembilan dan ke-sepuluh
dilaksanakan untuk keperluan pengujian periode fertil sperma secara in vivo
melalui inseminasi buatan.
Pengambilan sperma dilaksanakan dalam berbagai tahapan sebagai
berikut:
1. Bersihkan
kotoran yang menempel pada anus dan sekitarnya.
2. Ayam jantan
diapit diantara lengan dan badan, kemudian dilakukan rangsangan dengan cara
mengurut berulangkali pada bagian punggung yaitu dari bagian pangkal leher
sampai pangkal ekor.
3. Dengan
rangsangan tersebut ayam akan reaksi, ditandai dengan meregangnya bulu ekor ke
atas dan pada saat yang bersamaan tekan bagian bawah ekor maka alat kelamin
akan mengeluarkan sperma berwarna putih agak kental, selanjutnya ditampung
dengan tabung penampung.
4. Encerkan sperma
dengan larutan infuse atau NaCl Fisiologis 0,9% dengan perbandingan 1 : 6-10.
Caranya sedot NaCl Fisiologis dengan spuit sesuai derajat pengencerannya,
masukkan kedalam tabung yang sudah berisi sperma, goyangkan secara perlahan
hingga bercampur dan siap untuk dimasukkan kedalam saluran reproduksi betina.
Umur sperma yang telah diencerkan kurang lebih 30 menit.
Hal ini senada
dengan soeparna dkk (2007).
Cara
menampung semen .
a) Pegang ekor dengan tangan kiri dan tekan otot ekor
keara atas sehingga Kloka tampak jelas. Letakan ibu jari dan telunjuk tangan
kiri yang sesuai untuk memerah semen pada saat yg tepat.
b) Pegang tabung penampung dengan tangan kanan
diantara jari tengah dan telunjuk . Dengan tangan kanan pula , lakukan
pengurutan pada daerah ujung ekor. Tepat dibawah tulang Pubis ( tulang supit
istilah kita ) dengan ibu jari dan telunjuk pengurutan dilakukan dengan cepat
dan kontiniu sampai Pejantan memberikan respon dengan mengeluarkan Papila dari
kloaka . pada saat itu , ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri dan kanan
berkerja sama memerah keluar semen sampai reflek ejakulasi menghilang .
2.7 Pelaksanaan
Inseminasi Buatan
Inseminasi
Buatan pada ayam buras dapat dilakukan dengan dua metode yaitu:
1.
Metode intra
vaginal artinya sperma disuntikkan ke dalam vagina dengan kedalaman ± 3 cm. 2. Metode intra uterin artinya sperma dimasukkan
ke bagian uterus dengan kedalaman ± 7-8 cm.
Tahapan
kegiatan pelaksanaan Inseminasi Buatan adalah:
1.
Bersihkan
kotoran yang menempel di anus dan sekitarnya dengan menggunakan tissue
pembersih.
2.
Pelaksanaan
Inseminasi Buatan dilakukan 2 orang, melaksanakan 1 orang memegang ayam dan 1
orang Inseminasi Buatan.
3.
Tekan bagian
tubuh dibawah anus hingga terlihat saluran reproduksi (sebelah kid) dan saluran
kotoran (sebelah kanan).
4.
Sperma yang sudah
diencerkan disedot dengan spuit tanpa jarum sebanyak 0,1-0,2 ml kemudian
dimasukkan kedalam alat kelamin betina.
5.
Berikan vitamin
anti stress pada ayam yang di inseminasi.
6.
Untuk
mendapatkan hasil yang baik, sebaiknya Inseminasi Buatan diulang 3 hari setelah Inseminasi Buatan yang sebelumnya.
Namun hal ini
terjadi perbedaan teknik pelaksanaan IB ayam,yaitu pada pemberian vitamin anti
stress pada ayam yang di inseminasi. Menurut Sutiyono(2001) yang menyatakan
bahwa Langkah yang perlu dikerjakan dalam pelaksanaan IB adalah pertama
membersihkan kotoran yang menempel di kloaka dan sekitarnya.Kedua melakukan
rangsngan dengan teknik urutan punggung seperti melakukan urutan punggung pada
ayam jantan yang diambil semennya.Ketiga mempersiapkan semen pada spuit yang
akan digunakan untuk IB.Keempat membuka kloaka untuk mencari lubang uterus
dengan cara menekan perut bagian belakang sampai bagian ujung uterus kiri
mrnonjol di kloaka,dan kelihatan lubang uterus. Kelima memasukkan ujung spuit
yang telah berisi semen ke lubang uterus perlahan-lahan sampai kurang lebih
sedalam 2 cm .Kemudian semprotkan semen di daerah uterus tersebut.Keenam tarik
spuit dan lepaskan tekanan perutnya.
2.8 Evaluasi
Keberhasilan Inseminasi Buatan
Keberhasilan
pelaksanaan inseminasi buatan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain daya
fertilitas spermatozoa (fertile life), jenis pengencer yang digunakan, dosis
dan interval IB, pengelolaan semen, waktu pelaksanaan inseminasi serta teknik
pelaksanaan IB dan keterampilan inseminator. Dosis dan interval inseminasi pada
unggas perlu diperhatikan karena memiliki pengaruh terhadap daya fertilitas yng
baik.
Daya fertilitas
spermatozoa adalah kemampuan spermatozoa dalam saluran oviduk untuk membuahi
sel telur dalam waktu tertentu. Daya fertilitas spermatozoa pada umumnya
berkorelasi dengan kualitas semen, konsentrasi, dan motilitas. Daya fertilitas
dapat digunakan sebagai acuan penentu dosis dan interval waktu inseminasi. Daya
fertilitas spermatozoa pada umumnya berkolerasi dengan kualitas semen, konsentrasi
dan motilitas sperma. Konsentrasi sperma tergantung pada umur, pakan, bangsa
ternak, bobot badan serta frekuensi penampungan semen. Faktor-faktor yang
mempengaruhi fertilitas adalah rasio jantan dan betina, umur ternak, interval
antara waktu perkawinan dan penyimpanan telur tetas, pakan, abnormalitas
spermatozoa, produksi telur, bangsa, musim, dan cahaya. Menggunakan 18 ekor
ayam betina, menghasilkan daya fertil telur ayam Arab sebesar 95,91% dengan
waktu pengoleksian telur selama 7 hari setelah inseminasi buatan dilakukan.
Daya
tetas merupakan salah satu indikator usaha penetasan. Cara pertama, perhitungan
daya tetas dilakukan dengan persentase perbandingan jumlah telur yang menetas
dari jumlah telur yang masuk ke dalam mesin tetas. Cara kedua, perhitungan daya
tetas dilakukan dengan persentase perbandingan jumlah telur yang menetas dari
jumlah telur fertil dalam mesin tetas. Daya tetas telur ayam Arab hasil inseminasi
buatan adalah 93,05%. Sedangkan daya tetas telur ayam Arab hasil kawin alam
adalah 74,14%. Daya tetas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain genetik,
fertilitas, lama dan suhu penyimpanan telur, suhu dan kelembaban mesin tetas,
kebersihan telur, umur induk, nutrisi, penyakit serta keragaman bentuk dan
ukuran telur. Viabilitas merupakan kemampuan anak ayam untuk bertahan hidup
setelah menetas. Viabilitas dapat dilihat dengan cara pengamatan pada anak ayam
yang baru menetas. Ciri-ciri DOC yang normal dan sehat adalah kondisi fisik
sehat, kaki normal dan dapat berdiri tegak, paruh normal, tampak segar dan
aktif, tidak dehidrasi, tidak ada kelainan bentuk dan tidak cacat fisik,
sekitar pusar dan dubur kering dan pusar tertutup. Warna bulu seragam sesuai
dengan warna galur (strain) dan kondisi bulu kering dan berkembang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Inseminasi Buatan
(IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (spermaatau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu
yang berasal dari ternak jantan kedalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut ‘insemination gun’.
Tujuan Inseminasi Buatan memperbaiki mutu genetika ternak, tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa
ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya,dll. Dan juga dapat
mengetahui keuntungan, pemilihan dan persiapan induk pejantan, penampungan dan
pengambilan semen,pelaksanaan dan evaluasi dalam inseminasi buatan.
3.2 Saran
Makalah yang kami buat mempunyai banyak
kekurangan di dalam pemberian informasi mengenai inseminasi buatan pada ayam.
Sehingga membutuhkan masukan informasi dan tambahan literatur yang dapat
mengembangkan isi dari makalah yang kami buat
Daftar Pustaka
Ankanegara,
A. A., R. Afnan, C. Sumantri. 2008. Fertility
Of Arab Chicken Egg Which Resulted From Artificial Insemination With Diffrent
Frequency Of Semen Collection. Institut Pertanian Bogor. 1-30
Asmarawati,
Widya; Kustono, D T Widayati, S Bintara, Ismaya. 2013. Pengaruh Dosis Sperma Yang Diencerkan Dengan Nacl Fisiologis Terhadap Fertilitas Telur
Pada Inseminasi Buatan Ayam Kampung. Buletin peternakan vol.
37(1): 1-5,
Beaden, H.J.
and J.W. Fuqual. 1997. Applied Animal Reproduction. Reston Publishing Co.Inc.
Prentice Hall Co. Reston Virginia.
Hafez,
E.S.E. 1993. Artificial insemination. In: HAFEZ, E.S.E. 1993. Reproduction in Farm
Animals. 6th Ed. Lea & Febiger, Philadelphia. pp. 424-439.
Lubis , Triya., Dasrul., Hamdan., Fauziah. 2007. Efek
Suplementasi ENERVON-C dan SANTA-e Dalam Pakan Terhadap Mptillitas Spermatozoa
Ayam Kampung.
Mulyadi, Dadang dan Yuniawan , Agus.2011. Pengaruh
Lama Penyimpanan Terhadap Motilitas Dan Fertilitas Spermatozoa
Ayam Kate Lokal. Cakrawala Galuh. Vol.1 No.6
Soeparna., Hidajat, Kundirat., Lestari, Tita. 2007.
Penampilan reproduksi tiga jenis ayam lokal jawa barat. Lokakarya Nasional
Inovasi teknologi
Solihati, Nurcholidah., Ruhijat, Idi., Setiawan ,
Rangga. 2006. Pengaruh lama penyimpanan semen cair ayam buras pada suhu 5
derajat celcius terhadap periode fertil dan fertilitas sperma. Jurnal Ilmu
Ternak. Vol.6 . No.1 : 7-11
Sutiyono.2011.Palatihan
Usaha Penangkaran Dan Inseminasi Buatan Ayam Bekisar Dalam Rangka Pengelolaan
Sumber Daya Hutan. Jurnal Teknologi Inseminasi Buatan Pada Ayam Bekisar.Vol 1
Halaman 23-24
Toelihere, M.R. 1985. Inseminasi Buatan pada Ternak.
Edisi ke-2. Angkasa, Bandung. hal 292
Udjianto
Dan R.Denny Purnama. 2004. Inseminasi
Buatan Pada Ayam Buras Dengan Metode Deposisi Intra Uterine. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Peternakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar